Senin, 14 Mei 2012

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT


SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT

          Suatu bidang keilmuan yang mempelajari teknologi komputer khususnya dalam pengembangan perangkat lunak. Dalam bahasa Indonesia, istilah Informatika diturunkan dari bahasa Perancis informatique, yang dalam bahasa Jerman disebut Informatik. Dalam pendefenisian istilah informatika, menurut Philippe Dreyfus (1962) dan l`Academie Francaise (1967) yang mendefenisikan informatika tersebut sebagai berikut: Kumpulan Disiplin Ilmu (scientific discipline) dan Disiplin Teknik (engineering discipline) yang secara spesifik menyangkut transformasi / pengolahan dari “Fakta Simbolik” (data / informasi), yang terutama menggunakan fasilitas mesin-mesin otomatis/komputer. Dalam bahasa Inggris memiliki makna yang sedikit berbeda, yaitu lebih menekankan pada aspek pengolahan informasi secara sistematis dan rasional. Pada prinsipnya keilmuan ini lebih menekankan bagaimana suatu data dan informasi dapat diolah sedemikian dengan berbantuan teknologi yang terotomatisasi. Teknologi yang terautomatisasi tersebut tidak hanya dalam satu mesin, namun bisa melibatkan beberapa mesin. Mesin ini lebih umum disebut dengan komputer. Komputer sebagai bahan utama dalam bidang keilmuan ini memiliki peranan yang sangat tinggi, sehingga informatika secara sederhana mengupas mulai dari bagaimana mesin tersebut bisa bekerja, bagaimana suatu data diolah dengan cara yang dimengerti oleh mesin sedangkan informasinya dimengerti juga oleh manusia, sampai bagaimana mesin tersebut mampu berkomunikasi dengan mesin lainnya.
Sistem informasi adalah suatu sistem yang menyediakan informasi untuk manajemen dalam mengambil keputusan dan juga untuk menjalankan operasional perusahaan, di mana sistem tersebut merupakan kombinasi dari orang-orang, teknologi informasi dan prosedur-prosedur yang tergorganisasi.

System Informasi Menurut Para Ahli
a. Pengertian sistem informasi menurut John F. Nash
Sistem Informasi adalah kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atas transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat.
b. Pengertian sistem informasi menurut Henry Lucas Sistem
Informasi adalah suatu kegiatan dari prosedurprosedur yang diorganisasikan, bilamana dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian di dalam organisasi.

PENGERTIAN SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT
  1. SIM adalah perangkat prosedur yang terorganisasi apabila dijalankan akan memberikan umpan balik dan informasi kepada manajemen tentang masukan, proses, dan keluaran dari suatu siklus manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengendalian.
  2. SIM merupakan sebuah sistem mesin pemakai yang terintegrasi yang menyediakan informasi untuk menunjang operasi manajemen dan fungsi-fungsi pengambilan keputusan di dalam sebuah organisasi. Sistem tersebut memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer, dan prosedur-prosedur manual;model-model untuk analisis, perencanaan, pengawasan, dan pengambilan keputusan; dan suatu “database” (Gordon B.Davis dan Margareth H.Olson).
  3. Management Information System is a spesifically designed communication system in which data are gathered, stored, analyzed, formulated, and reported to manager (Rakich-Longest-Darr).
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia masih mengandalkan sistem informasi manajemen rumah sakit yang berbasis pada aplikasi untuk menunjang kegiatan transaksi administratif. Penelitian dan pengembangan SIMRS merupakan salah satu prioritas di Minat Simkes. Beberapa mahasiswa Simkes telah meneliti kondisi SIMRS, ada pula yang pernah merancang model aplikasi dokumentasi asuhan keperawatan. Secara umum, SIMRS meliputi beberapa modul yang terdiri dari:
  1. Registrasi pasien
  2. Sistem antrian
  3. Manajemen rawat jalan
  4. Manajemen unit penunjang
  5. Manajemen rawat inap
  6. Farmasi dan inventory logistik rumah sakit
  7. Billing sistem dan akuntansi
  8. Manajemen sumber daya rumah sakit
  9. Sistem pelaporan medical error
  10. Manajemen rekam medis
  11. Sistem informasi eksekutif
Tujuan system informasi adalah identifikasi masalah meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, meningkatkan ketepatan dan kecepatan pengambilan keputusan, meningkatkan fungsi perencanaan, pemantauan, pengendalian, dan evaluasi organisasi. Mengukur, mengendalikan, menganalisa penggunaan sumber daya dan produktifitas, efisiensi dan efektifitas, meningkatkan komunikasi intern dan ekstern organisasi, penyusunan laporan intern dan ekstern riset dan pendidikan.

Kategori SIM RS
1. Sistem Informasi Administrasi dan keuangan
2. Sistem Informasi medis-klinis
Penyaiian informasi - Efisiensi biaya - Ketenagaan Utilisasi pelayanan penunjang Struktur biaya

STRUKTUR SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Robert V.Head
Piramid atau Limas berdasarkan hirarki perencanaan dan aktivitas manajemen > Perencanaan strategis(Strategic planning) Kegiatan manajemen tingkat atas > Pengendalian manajemen serta perencanaan taktikal(management control) Inti kegiatan manajemen tingkat menengah Pengendalian operasional(Operasional control) dilaksanakan manajemen tingkat bawah.
Struktur sistem informasi manajemen dalam bentuk piramid: MIS untuk perencanaan strategis&kebijaksanaan &pengambilan keputusan. Selain itu juga untuk perencanaan taktikal dan poengambilan keputusan.
Di bidang    kesehatan    terutama Rumah Sakit sangat membutuhan Sistem Informasi Manajemen untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi.
Berikut hal-hal yang harus diperhatikan agar Sistem Informasi Manajemen yang dibuat dapat teraplikasikan dengan sukses :
1.   Development Master Plancetak biru pembangunan harus dirancang dengan baik mulai dari survei awal hingga berakhirnya implementasi, yang perlu diperhatikan adalah terlibatnya faktor pengalaman dalam membangun pekerjaan yang sama, serta peran serta semua bagian dalam organisasi dalam mensukseskan Sistem Informasi Manajemen yang akan dibangun, master plan ini yang akan menjadi acuan pembuatan sebuah sistem untuk jangka waktu tidak terbatas.
2.   Integrated, dengan integrasi antar semua bagian organisasi menjadi satu      kesatuan, akan membuat sistem berjalan dengan efisien dan efektif sehingga kendala-kendala seperti redudansi, re-entry dan ketidakkonsistenan data dapat dihindarkan, dengan harapan pengguna sistem memperoleh manfaat yang dapat dirasakan secara langsung, perubahan pola kerja dari manual ke computer akan menimbulkan efek baik dan buruk bagi seorang tenga medis.
3.   Development Team, tim yang membangun Sistem Informasi Manajemen harus ahli dan berpengalaman di bidangnya, beberapa bidang ilmu yang harus ada dalam membangun sebuah Sistem Informasi Manajemen yang baik adalah: Manajemen Informasi, Teknik Informasi, Teknik Komputer, dokter, perawat dan tentunya orang-orang sudah sudah berkecipung dibidang pengembangan sistem informasi manajeman khususnya rumah sakit (kesehatan).
4.   Teknologi Informasiketepatan dalam memilih Teknologi Informasi sangat penting dalam pembangunan, komponen-komponen Teknologi Informasi secara umum adalah Piranti Keras (Hardware), Piranti Lunak (Software) dan Jaringan((Network).
.
Selain mengikuti suatu siklus hidup, dalam pengembangan sistem informasi, perlu dilakukan beberapa pendekatan, seperti:
1.    Sistems Approach, pendekatan sistem merupakan pendekatan yang memperhatikan sistem informasi sebagai suatu kesatuan yang utuh terintegrasi dengan semua kegiatan-kegiatan lain di dalam organisasi. Pendekatan sistem ini juga menekankan pada pencapaian sasaran keseluruhan dari organisasi, tidak hanya memperhatikan sasaran dari sistem informasi saja.
2.   Top-Down Approach, pendekatan ini dimulai dari tingkatan atas organisasi (strategic planning level), yaitu dimulai dengan mendefinisikan sasaran dan kebijakan organisasi. Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis kebutuhan informasi. Setelah kebutuhan informasi dapat ditentukan, maka proses turun ke penentuan output, input basis data, prosedur-prosedur operasi dan kontrol. Pendekatan dari atas ke bawah ini sesuai dengan pendekatan sistem.
3.   Modular Approach, pendekatan moduler memecah-mecah sistem yang rumit menjadi bagian modul-modul yang lebih sederhana. Sebagai akibatnya, tiap-tiap modul dapat dikembangkan dalam waktu yang tepat sesuai dengan yang direncanakan, mudah dipahami dan mudah dipelihara.
4.   Evolutionary Approach, pendekatan ini akan menghasilkan suatu sistem yang mampu beradaptasi dengan perkembangan-perkembangan organisasi di masa yang akan datang, sehingga didapatkan suatu sistem yang mempunyai biaya pemeliharaan yang rendah.
.
Secara besar sistem informasi harus dikelompokan pada kelas rumah sakit dan status rumah sakit,
1.      Rumah Sakit Vertikal
2.      Rumah Sakt Umum Daerah
3.      Rumah Sakit Umum Swasta
4.      Rumah Sakit Spesialist
Dengan dikelompokannya rumah sakit kedalam kelompok-kelompok diatas guna mempermudah sejauh mana tingkat kebutuhan sistem informasi terutama yang di dasarkan pada modular, modul-modul yang di gunakan oleh rumah sakit daearh tentu akan berbeda dengan rumah sakit vertical maupun swasta.
Kendala-kendala yang sering terjadi dilapangan saat implementasi adalah:
1.  Ketidak siapan rumah sakit dalam menerapkan sistem informasi yang terintergrasi dan berbasi kmputer.
2.  Penyajian data yang belum semua menjadi data elektronik yang akan memudahkan pada proses migrasi data.
3.  Komitment yang dilaksanakan secara bersamaan dan menyelur sehingga menimbulkan kekacaun pada data transakit.
4.      Koordinasi antar unit bagian yang terkesan mementingkan unit masing-masing.
5.      Berubah-ubahnya kebijakan.
6.      Mengubah pola kerja yang sudah terbiasa dengan manual ke komputerisasi.
7.      Pemahaman yang belum merata antara SDM terkait,

Kamis, 24 Desember 2009

perawatan epilepsi

Epilepsi bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan manifestasi klinik daripada lepasnya mutan listrik yang berlebihan dari sel-sel neuron di otak yang ditandai oleh serangan yang datang berulang-ulang. Epilepi berasal dari kata “epilambanain” yang berarti serangan.

A. Etiologi
- Kelainan bawaan pada otak.
- Cedera otak pada waktu lahir
- Radang otak (encepalitis)
- Trauma kapitis gangguan peredaran darah otak
- Tumor otak
- Sebagian kasus tidak ditemukan penyebabnya (epilepsy idiopatik)

B. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya serangan epilepsi ialah :
- Adanya focus yang bersifat hipersensitif (focus epilesi) dan timbulnya keadaan depolarisasi parsial di jaringan otak
- Meningkatnya permeabilitas membran.
- Meningkatnya senstitif terhadap asetilkolin, L-glutamate dan GABA (Neuro Transmitter Inhibisi)
Fokus epilepsy dapat menjalar ke tempat lain dengan lepasnya muatan listrik sehingga terjadi ekstasi, perubahan medan listrik dan penurunan ambang rangasang yang kemudian menimbulkan letupan listrik masal.
Bila focus tidak menjalar kesekitarnya atau hanya menjalar sampai jarak tertentu atau tidak melibatkan seluruh otak, maka akan terjadi bangkitan epilepsy fokal (parsial).

C. Klasifikasi Epilepsi
1. Berdasarkan penyebabnya dapat dibagi :
b. Epilepsi idiopatik : bila tidak di ketahui penyebabnya.
c. Epilepsi simtomatik : bila ada penyebabnya

2. Berdasarkan letak focus epilepsy atau tipe bangkitan:
menurut klasifikasi Internasional Bangkitan Epilepsi (1981)
a. Bangkitan parsial atau fokal (partial seizure)
b. Bangkitan parsial sederhana (simple Partial)
- Motorik
- Sensorik
- Otonom
- Psikis
c. Bangkitan partial komplek (disertai gangguan kesadaran)
d. BAngkitan parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum
e. Bangkitan umum (Konvulsif atau non. Lonvulsif)
- Bangkitan Lena (absences) atau petit mal
- Bangkitan tonik-tonik atau Grand Mal
- Bagkitan mioklonik
- Bangkitan klonik
- Bangkitan tonik
- Bangkitan anatomic
f. Bangkitan yang tidak terklarifikasi


Manajemen Epilepsi :
1. Pastikan diagnosa epilepsy dan mengadakan explorasi etiologi dari epilepsi
2. Melakukan terapi simtomatik
3. dalam memberikan terapi anti epilepsy yang perlu diingat sasaran pengobatan yang dicapai, yakni:
- pengobatan harus di berikan sampai penderita bebas serangan.
- Pengobatan hendaknya tidak mengganggu fungsi susunan syaraf pusat yang normal.
- Penderita dpat memiliki kualitas hidup yang optimal.

Tipe Serangan Epilepsi :
1. Grand Mall
Serangan Tiba-tiba klien jatuh sambil teriak, pernafasan sejenak berhenti, seluruh tubuh menjadi kaku. Kemudian muncul gerakan tonik klonik. Gerakan tonik ini sangat kuat sehingga tulang dapat patah dapat patah dan lidah dapai
Sebelum terjadi serangan gran mall klien dapat memperlihatkan gejala-gejala prodromal yaitu irritabilitas (cepat marah/tersinggung), pusing, sakit kepala, atau bersikap defresip.

2. Petit Mal
Serangan yang berupa kehilangan kesadaran sejenak, biasanya serangan ini timbul pada anak-anak yang berumur 4-8 tahun. Pada waktu kesadaran hilang untulk beberapa detik, tonus otot tidak hilang sehingga klien tidak jatuh. Lamanya serangan anatara 5-10 detik. Kedua mata menatap secara hampa ke depan atau berputar keatas sambil melepaskan benda yang di pegangnya atau berhenti berbicara dan setelah sadar klien lupa apa yang sudah terjadi. Serangan petit mal akan berhenti seterusnya bila klien berumur 20 tahun atau menjelang 30 tahun. Tetapi ada kemungkinan petit mal dapat berkembang menjadi grand mal pada usia 20 tahun.

3. Mio klonik
- Muncul gerakan involunter sekelompok otot skeletal yang timbul secara tiba-tiba
- Biasanya merupakan manfestasi bermacam-macam kelainan neurologik (degeneratif ponto cerebeler, meilitis) atau non neurologik (Urema, hepatic failure).
- Biasanya tidak ada kehilangan kesadaran.
4. Klonik
- serangan epileptic yang bangkit akibat lepas muatan listrik di daerah korteks serebri.
- Motorik : gerakan involunter salah satu anggota gerak, wajah, rahang bawah, pita suara (vokalisasi) dan kolumna vertebralis
- Sensorik : merasa nyeri, panas dingin, parestesia daerah kulit setempa, skotoma tinnitus, mencium bau barang busuk, mengecap rasa logam, invertigo, mual, muntah, perut mules atau afasia.
- Autonom : Mual, muntah, dan hiperdosis setempat
- Halusinasi
- Ilusi Yang disebut De Javu
- Pearasaan curiga yaitu perasaan seolah-pikirannya memaksa sesuatu.
- Automatismus

5. Status Epileptikus
Yaitu serangan epilepsy yang terjadi berulang-ulang dan sering serangan ini pada umumnya tonik-klonik dan merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera ditangani karena dapat berakibat kerusakan otak permanent. Penyebabnya adalah : peningkatan suhu yang tinggi, obat epileptic yang dihentikan, atau penyebab lain yaitu gangguan metabolic.

Pengkajian Keperawatan
Data Subyektif, antara lain :
1. riwayat kes. Klien yang berhubungan dengan factor resiko bio-psiko-spiritual. Kapan klien mulai serangan, pada usia berapa. Frekuansi serangan, ada factor presipitasi seperti suhu tinggi, kurang tidur, dan emosi yang labil. Apakah pernah menderita sakit berat yang disertai hilangnya kesadaran., kejang, cedera otak operasi otak,. Apakah klien terbiasa menggunakan obat-obat penenang atau obat terlarang, atau mengkonsumsi alcohol.
Klien mengalami gangguan ionteraksi dengan orang lain / keluarga karena malu ,merasa rendah diri, ketidak berdayaan, tidak mempunyai harapan dan selalu waspada/berhati-hati dalam hubungan dengan orang lain.

2. Riwayat kesehatan keluarga, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi kemungkin masalah yang sama pada keluarga

3. Klien dapat mengeluhkan kelemahan/ lelah dan kurang mampu melakukan aktifitas sehari-hari.
DataObjektif:
a. Dari pemeriksaan fisik didapat penurunan kekuatan otot
b. Data pada saat serangan dijumpai:
Perubahan pada tanda-tanda vital berupa peningkatan tekanandarah, denyut nadi meningkat dan cianosis.
Inkontinensia urin dan fekal
Perlukaan paga gusi dan lidah
Ada riwayat nyeri, kehilangan kesadaran/pingsan, kehilangan kesadaran sesaat
klien menangis, jatuh kelantai, disertai komponen motorik seperti kejang tonik klonik
mioklonik, tonik, klonik, atonik. Klien menggigit lidah. mului. berbuih, ada
inkontinensia urin dan fekal, bibir dan muka cianosis, mata dan kepala bergerak
memutar-mutar pada satu posisi atau keduanya

4. Data setelah Serangan
Setelah serangan tanda-tanda vital mungkin bcrubah
Kiien mengalami lethargi, bingung, otot sakit, gangguan bicara, nyeri kepala.
Perubahan dalam gerakan misalnya hemiplegi/hemiparese sementara.
Klien lupa atau sedikit ingat terhadap kejadian yang menimpa dirinya.
Terjadi perubahan kesadaran/tidak, pernafasan, denyut jantung.
Ada perlukaan/cedera.

5. Gusi mengalami hiperplasi karena efek samping penggunaan Dilantin

Masalah Keperawatan :
Masalah keperawatan yang mungkin dijumpai pada klien dengan epilepsi antara lain :
1. Potensial terjadinya kecelakaan fisik, dan tubuh kekurangan oksigen
Kemungkinan penyebab
Terjadinya serangan yang akan menyebabkan hilangnya koordinasi otot-otot tubuh,
kelemahan, keterbatasan, pengobatan, ketidakseimbangan emosional, penurunan tingkat
kesadaran

Tujuan dan kriteria evaluasi
Klien dapat mengidentifikasi faktor presipitasi serangan dan dapat meminimalkan/menghindarinya.
Klien memperlihatkan tingkah laku yang kooperatif dan menghindari dari penyebab terjadinya trauma.

Intervensi Keperawatan
a. Bersama klien mengidentifikasi faktor yang dapat menyebabkan serangan tiba-tiba.
b. Bila serangan terjadi , hindarkan klien dari benturan fisik khususnya kepala
c. Observasi tanda-tanda vital, gunakan thermometer axilla
d. Dampingi klien saat serangan berlangsung untuk mencegah bahaya luka fisik, aspirasi, lidah tergigit.
e. Miringkan; kepala untuk mencegah aspirasi
f. Gunakan spatel lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang
g. Hindarkan alat-alat yang membahayakan dari dekat klien
h. Longgarkan pakaian yang sempit.
i. Catat semua gejala, tipe serangan epilepsi, lama serangan dan kejadian-kejadian saat serangan.
j. Setelah klien sadar, diskusikan tentang tanda-tanda serangan yang mendadak

Tindakan Kolaboratif
a. Berikan obat-obatan sesuai program, misal anti apileptik, luminal, diazepam, glukose, thiamine dan lain-lain
b. Monitor dan catat efek samping obat-obat yang digunakan klien
c. Monitor tingkat keseimbangan elektrolit, glucose

2. Potensial tidak efektif jalan nafas/pola nafas
Kemungkinan penyebab
Sumbatan tracheobronchial, menurunnya kesadaran

Tujuan dan Kriteria hasil
Jalan nafas/pola nafas efektif, tidak terjadi aspirasi

Intervensi Keperawatan
a. Bila klien tidak sadar, jaga agar jalan nafas tetap lancar dan terbuka.
b. Observasi tanda vital
c. Pertahankan agar makanan dan cairan / elektrolit tetap seimbang, bila perlu beri cairan/makan perparenteral atau enteral sesuai kolaborasi.
d. Bila terdapat lendir dijalan nafas lakukan suction bila perlu
e. Kaji apakah klien ingat terhadap kejadian tersebut
f. Identifikasi apakah terjadi perlukaan pada tubuh klien
g. Bila klien gelisah, beri penghalang dikedua sisi tempat tidur

Tindakan Kolaboratif
a. Beri oksigen sesuai program terapi
b. Pemasangan intubasi endotrakheal
c. Monitor intubasi, bila terpasang


3. Gangguan konsep diri : harga diri yang rendah, identitas diri tidak jelas
Kemungkinan penyebab Ketidakmampuan klien mengatasi krisis, koping yang tidak adekuat dan kurangnya dukungan keluarga.

Tujuan dan Kriteria hasil:
Klien dapat mengidentifikasi perasaan, pola koping yang positif/negatif.
Klien dapat melakukan interaksi sosial yang positif dengan lingkungannya.
Klien dapat menggunakan pola koping yang adaptif.

Intervensi Keperawatan:
a. Diskusi tentang perasaan yang dihadapi klien
b. Dorong klien untuk Mengekspresikan fikiran dan perasaannya
c. Kaji kemampuan klien dalam menggunakan pola koping yang positif untuk meningkatkan harga diri klien sehingga dapat hidup bermasyarakat
d. Anjurkan klien untuk mengikuti kelompok penderita yang mendenta epilepsi
e. Konsultasikan klien dengan psikolog

4. Kecemasan pada klien dan keluarga
Kemumgkinan penyebab
Keterbatasan pengetahuan, informasi yang salah terhadap keadaan yang dideritanya, kegagalan pengobatan.

Tujuan dan Kriteria hasil
Klien dan keluarga mengerti penyakit dan penyebabnya.
Klien dan keluarga dapat mengerti dan mengidentifikasi macam-macam stimulus yang dapat mengakibatkan serangan
lntervensi Keperawatan
Kaji keadaan patologi/kondisi klien dan pengobatan yang pernah didapat klien
Diskusikan tentang penitingnva kontrol dau minum obat secara teratur
Jelaskan pada klien tentang keadaan yang sedang dihadapi klien.